Salah
satu tugas perkembangan yang penting bagi dewasa awal adalah menjalin hubungan
intim. Menurut teori Erikson tugas perkembangan dewa-sa awal untuk
menjalin hubungan intim berkaitan dengan krisis intimacy vs isolation.
Pada tahap dewasa awal ini, seseorang berusaha memperoleh intimasi yang dapat
diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu hubungan dengan orang lain, baik
dalam hubungan pacaran atau menikah. Bila seorang dewasa awal tidak mampu
membentuk komitmen tersebut, ia akan merasa terisolasi dan self-absorbed.
Intimasi adalah pengalaman yang ditan-dai oleh adanya kedekatan,
kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak
seksual (Rosen bluth & Steil, dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008).
Seseorang akan menjadi lebih intim, selama ada keterbukaan, saling responsif
pada kebutuhan satu sama lain, serta adanya penerimaaan dan penghargaan yang
saling menguntungkan (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Keintiman juga
meliputi kebutuhan untuk membentuk hubungan bagi tingkah laku manusia dan rasa
memiliki (sense of belonging). Intimasi dengan lawan jenis umumnya
terjadi dalam konteks berpacaran dan pernikahan, dan untuk mem-pertahankan
hubungan yang baik dengan teman dan pasangan serta mendapatkan kepuasan dalam
menjalankan hubungan romantis, setiap individu memerlukan inti-masi
Cinta adalah salah satu sumber
keintiman bagi manusia khusunya pada masa dewasa awal Jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang
lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein
(dalam Masters dkk, 1992) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan
individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencinta
Menurut penelitian Juliana (2005), cinta merupakan suatu
perasaan yang mengandung unsur-unsur perhatian,ketertarikan, dan penghargaan
terhadap orang yang dicintai. Bentuk cinta yang dirasakan para responden
penelitianya itu mengacu pada teori Stenberg adalah Consummate Love, dimana di
dalamnya terdapat tiga komponen cinta yaitu keintiman, gairah,dan komitmen yang
kadarnya berbeda di tiap responden
Pengaruh-pengaruh cinta Seperti yang dinyatakan oleh Rubin
(dalam Hendrick & Hendrick, 1992), bahwa cinta dapat mempengaruhi cara
berpikir, merasa dan bertingkahlaku. Beberapa
peneliti lainnya juga berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh cinta ini terhadap
kehidupan individu seperti Hatfield dan
Rapson (dalam Santrock, 1999), Berscheid
dan Fei (dalam Santrock, 1999), Berscheid, Burgess, dan Huston (dalam
Feldman, 1996), Hendrick & Hendrick (1992), Bhrem (1992).
Dapus:
Hendrick,
S.S., & Hendrick, C. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition.
California: Wadsworth, Inc
Juliana (2005) Fenomena jatuh cinta
pada remaja Psikologia NO1 Vol 1
Bhrem, Sharon. S. (1985). Intimate Relationship.
New York: McGraw-Hill, Inc
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman,
R.D. (2000). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill
Companies
Santrock, J.W. (1999). Life-Span
Development. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill
Companies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar