Selasa, 22 November 2016

PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR



PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR
RIKA PURNAMASARI (1502202)
Rikapurnamasari@student.upi.edu

Guru merupakan komponen penting dalam pendidikan, khusunya dalam proses belajar mengajar diranah pendidikan formal. Selain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, guru hendaknya mempunyai kreativitas dalam menghadapi situasi maupun proses dalam belajar mengajar. Kreativitas merupakan kemampuan  dimiliki oleh manusia, yang diekspresikan melalui hasil karya/ide yang inovatif dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Penulisan artikel ini menggunakan penelitian literature riview dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil penelitian yang tertulis dalam jurnal penelitian. Hasil analisis artikel menunjukan kreativitas guru dalam mengajar  berkorelasi dengan kreativitas siswa.
KATA KUNCI :  Kreativitas, Kreatif, Mengajar.
PENDAHULUAN
Belajar mengajar merupakan interaksi antara pembelajar dengan guru yang merupakan simultan. Guru merupakan sentral dalam proses belajar mengajar disekolah, walaupun dewasa ini peran guru sudah terbantu dengan adanya teknologi maupun media yang memudahkan kegiatan belajar mengajar. Tetap peran guru masih menjadi fokus utama dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberi pengetahuan, mengarahkan, maupun membimbing siswa ditengah gempuran arus globalisasi yang tidak bisa dibendung lagi. Kemajuan teknologi di Indonesia tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik. Guru tidak boleh pasif dalam dan cemas dengan teknologi yang dianggap mengancam masa depan siswa, tetapi guru harus mampu mengarahkan, menginformasikan dan membimbing siswa dalam mempergunakan teknologi sebaik mungkin dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru kreatif sangat dibutuhkan dewasa ini. Tidak hanya kompetensi yang ini dalam rangka mencapai mutu pendidikan yang handal. kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab Imam Musbikin (2006 : 6). Seorang guru kreatif tidak hanya mempuyai kemampuan dan kompetensi yang dibakukan oleh pemerintah, tetapi juga  harus senantiasa terampil dan luwes dalam mengahadapi situasi dan kondisi dimana pemebalajaran itu berlangsung.
            RUANG LINGKUP
1.      Definisi Kreativitas
2.      Ciri-ciri Kreativitas
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas
4.      Upaya Pengembangan Kreativitas Guru dalam Mengajar
            KAJIAN TEORITIK
1.      Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiiki manusia. Menurut Semiawan (2009: 44) kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. 
Sedangkan menurut Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Dengan kata lain kreativitas merupakan suatu kegiatan mencetuskan ide maupun karya nyata yang inovatif dari hasil pemikiran dan imajinasinya dalam berinteraksi dengan lingkunganya.  Didalam kretaivitas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, baik menurut prosenya, maupun hasilnya. Menurut  Roger (Munandar: 1995) Kriteria dalam produk harus nyata, baru, dan hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Sedangkan menurut prosesnya Torance ( Munandar :1995) kreativitas meyerupai metode ilmiah: yaitu :
1.      Sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked, making guesses and formulating hypotheses, something asked
2.      Making guesses and formulating hypotheses about these defiencies
3.      Evaluating and testing these guesses and hypotheses
4.      Possibly revising and retesting them, and finaly
5.      Comunicating the result.
Makna kreativitas memang tidak bisa didefinisikan secara saklek, ada banyak sekali pengertian tentang kreativitas. Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Jika ditarik benang merahnya dari pengertian-pengertian diatas Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
2.      Ciri-ciri Kreativitas
Menurut Semiawan (2009: 136) ciri-ciri kreativitas adalah:
a.       Berani mengambil resiko
b.      Memainkan peran yang positif berfikir kreatif
c.       Merumuskan dan mendefinisikan masalah
d.      Tumbuh kembang mengatasi masalah
e.       Toleransi terhadap masalah ganda (ambiguity)
f.       Menghargai sesame dan lingkungan sekitar
Menurut Utami Munandar (2009: 10) ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri nonkognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun non- kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.
Orang yang kreatif cenderung luwes dalam mengahadapi situasi. Berbagai pendekatan ia lakukan dari pendekatan satu dengan pendekatan lain. Orang kreatif juga biasanya mempermasalahkan kewenangan. Sering sekali dia menindaklanjuti sesuatu dengan fleksibel. Kreatifitas menurut Bob (2011) terkadang tidak terbatas dengan sistem dan melawan kebijakan. Artinya kreatifitas kadangkala tidak mematuhi peraturan. Akan tetapi menjelajahi lingkungan dirinya melalui gagasan dan karya-karyanya yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru denga tujuan yang baik.
Sedangkan menurut David Cambel dalam Bambang Sarjono (2010: 9) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut.
  1. Kelincahan mental berpikir dari segala arah dan kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambang-lambang, kata-kata dan khususnya melihat hubungan- hubungan yang tak bisa antara ide-ide, gagasan-gagasan, dan sebagainya. Berpikir ke segala arah (convergen thinking) adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan fakta yang penting serta memgarahkan fakta itu pada masalah atau perkara yang dihadapi.
  2. Kelincahan mental berpikir ke segala arah (divergen thinking) adalah kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan menyebar ke segala arah.
  3. Fleksibel konseptual (conseptual fleksibility) adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara pandang, pendekatan, kerja yang tidak selesai.
  4. Orisinilitas (originality) adalah kemampuan untuk memunculkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim (meski tidak selalu baik) yang jarang bahkan “mengejutkan”.
  5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas. Dari penyelidikan ditemukan bahwa pada umumnya orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan dari pada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, cenderung pada tali- temalinya (complexity) dari yang sederhana (simplixity).
  6. Latar belakang yang merangsang. Orang –orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang  yang dapat menjadi contoh dalam bidang tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan pengembangan ilmu serta penerapannya, dan dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang digumuli.
  7. Kecakapan dalam banyak hal. Para manusia kreatif pada umumnya banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang (multiple skill).

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan kelahiran
Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.


6.Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
PEMBAHASAN
UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR
Belajar mengajar merupakan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik.   Kegiatan ini, memang berpusat kepada guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan formal. Menurut UU Sisdiknas (UU. No 20 tahun 2003) bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam hal ini jelas terlihat salah satu point yang harus dikembangkan oleh guru adalah peserta didik yang kreatif. Dalam kaitanya dengan mengembangkan peserta didik yang cakap dan kreatif, seorang guru harus memahami dan merenungkan betul arti kreatif itu sendiri. Mulai dari mereflesikan diri agar menjadi manusia yang kreatif, mengembangkan metode yang kreatif yang memupuk kreativitas peserta didik dalam proses belajar mengajra , maupun menganalisis penelitian tentang kreativitas guna mencetuskan suatu ide baru dalam proses belajar mengajar .
Selaras dengan penelitian Mulyati (2011) yang menyatakan pentingnya pengembangan kreativitas, karena melaui pemahaman kreativitas yang kuat akan menjadi fondasi bagi guru untuk memudahkan pemilihan content yang sesuai, perencanaan pembelajaran, metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi proses pembelajaran.
Berangkat dari beberapa pendapat dan penelitian diatas, hendaknya ada beberapa pengembangan kreativitas yang harus dimiliki guru dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Berikut adalah beberapa upaya pengembangan kreativitas guru beserta penjabaranya.
1.      Kreatif dalam membaca dan menulis
Keterampilan utama yang harus dimiliki guru yakni membaca dan menulis., oleh sebab itu kreativitas sangat dibutuhkan dalam hal ini. Seyogyanga guru harus membaca dari dua sisi. Guru harus kreatif dalam membaca fenomena yang ada baik yang nampak dikelas, maupun membaca isu yang tersaji dalam penelitian-penelitian. Dari hal tersebut guru hendaknya harus mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan keadaan dilapangan yang dirumuskan dengan perumusan masalah dan pemecahanya. Hal ini akan lebih baik jika dilakukan dengan kegiatan mencurahkan ide dan gagasanya dalam suatu karya. Misalnya Penelitian tindakan kelas. Menurut penelitian Delaveri (2014) penelitian tindakan merupakan saran pengembangan keterampilan pada guru yang dibutuhkan dalam transformatif keprofesionalan guru. Dengan demikian kreatif dalam membaca dan menulis sangat dibutuhkan upaya menumbuh kembangkan kreatifitas guru dalam memecahkan masalah disekolah.
1.      Kreatif dalam memilih metode dan mengelola kelas
Komponen dalam belajar mengajar salah satunya adalah metode pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode pelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam lingkungan belajarnya. Memilih metode yang inovatif bisa menjadi solusi bagi guru untuk mengembangkan potensi peserta didik. Guru kreatif bisa menggabungkan metode pembejaran deengan metode pembelajaran yang lain dengan menyesuaikan dengan penataan kelas. Penelitian Muqodas  (2015) menggungkapkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara model pembelajaran dengan pengembangan kreativitas siswa. Guru yang kreatif dalam memilih metode pengajaran dan mengelola kelas dengan inovatif akan mempuk jiwa kreativitas siswa. Artinya, guru mempunyai jiwa kreatif akan menjadikan  peserta didiknyapun mempunyai kreativitas yang tinggi.hal ini menujukan adanya korelasi antara kreativitas guru dengan kreatifitas siswa.
2.      Kreatif dalam memilih bahan ajar
Bahan ajar merupakan asupan penting upaya pemahaman pengetahuan peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan metode kreatif dan inovatif harus mempunyai bahan ajar yang menarik juga. Dalam penelitian Sunaryo (2009)  ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan dalam proses perencanaan pendidikan yakni pendidikan keterampilan yang menjadi bekal dalam menghadapi persaingan, Pendidikan akademik yang ditujukan untuk menguasai ilmu pengetahuan, cerdas dan cendikia. Pendidikan umum untuk menghasilkan manusia yang menujunjung tinggi nilai-nilai moralitas, dan akhlak mulia.
Hal tersebut akan memungkian peyusunan bahan ajar yang sesuai dengan situsinya. Contohnya denagn penyusunan bahan ajar kontekstual seperti dalam penelitian Zuriah, dkk (2016) yang mengusun bahan ajar berbasis kearifan potensi lokal, baik dalam menyiapkan RPP dan silabus maupun dalam  handout/ bahan ajar.
KESIMPULAN
Kreativitas merupakan kreativitas merupakan suatu kegiatan mencetuskan ide maupun karya nyata yang inovatif dari hasil pemikiran dan imajinasinya dalam berinteraksi dengan lingkunganya, kreativitas berasal dari berhubungan dengan intelegensi dan sisi kognitif manusia . Maka dari itu pengembangan kreativitas guru dalam belajar mengajar tentunya harus dilakukan dengan cara kreatif dalam membaca dan menulis, kreatif dalam memilihi metode dan pengelolaan kelas, kreatif dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan guna untuk. Hasil analisis menyatakan adanya hubungan antara Guru yang kreatif dengan peserta didik yang kreatif.
            IMPLIKASI
Kreativitas merupakan salah satu unsur yang ada dalam psikilogis individu. Guru  harus mampu mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menghadapi situasi dan kondisi dalam belajar mengajar. Daya kretivitas, keterampilan, kompetensi guru mencerminkan kondisi psikologis guru yang sehat dan mampu mengahadapi arus globalisasi pada dewasa ini guna menyiapkan generasi penerus bangsa yang akan datang.



Daftar Pustaka
Sunaryo. (2009). Meningkatan Kemampuan dan Kreativitas Guru dalam roses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas. Mimbar Pendidikan No.2/XXVIII/2009.
Muqodas, Idat. (2015). Mengembangkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Metodik Didaktik Vol. 9, No. 2, Januari 2015.
Hine, Delavery. (2014). The importance of action research in teacher education programs : Three testimonies. University of Notre Dame Australia ResearchOnline@ND 2014.
Jeffrey, Bob (2006). Creative teaching and learning: towards a common discourse and practice. Cambridge Journal of Education, 36(3) pp. 399–414.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa. Jakarta: PT. Erlangga.

Munandar, S.C.U. (2009). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1995). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta

Mulyati, YS. (2011).Pengembangan Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan.Jurnal Inovasi Pendidikan.  Vol 12, No 1 (2011).
Semiawan, CR.  (2009).  Memupuk  Bakat  dan  Kreativitas  Siswa   Sekolah Menegah. Jakarta: Gramedia.  
Zuriah, dkk. (2016). IBM Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Kreatif Inovatif Bebasis Potensi Lokal. Volume 13 Mei Jurnal Dedikasi, ISSN 1693-3214.





Glosarium
Kreatifitas       : Kemampuan untuk mencipta; daya cipta.
Kreatif             : Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Kognitif            : Salah satu aspek perkembangan manusia berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Emosi                : Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan,  keberanian yang bersifat subjektif.





CINTA


Tak ada yang salah dengan cinta
Cinta adalah bentuk emosi yang dipunyai semua manusia
Tepatnya adalah sebuah anugrah perasaaan yang indah
Indah jika itu tepat pada porsinya,
Tapi cinta juga menimbulkan emosi-emosi negatif jika tidak bisa mengendalikanya
Sebaliknya cinta bisa menimbulkan cara berfikir baru dan motivasi yang tinggi pada orang yang merasakanya
Berawal dari tugas akhir kuliahku yang berujung jatuh cinta pada akhirnya
Ya aneh memang hidup itu, karena cinta bisa datang kapan saja
Dimana, dalam keadaan apapun dan siatuasi apapun
Bahkan cinta bisa datang karena terbiasa, atau mungkin datang karna terpaksa?
Tapi itulah yang dinamakan cinta
Awalnya sempat terfikir mungkin cintamu adalah sebuah rasa gairah yang membara
Tapi cinta itu berdampingan dengan rasa sayang
Lebih dari itu, rasa simpati, empati, bahkan alturism yang kudapatkan dari sosok itu
Ya, dia adalah seorang yang selalu memotivasi, menyayangi, memperhatikan, membuatku tersenyum, bahkan ikut andil dalam mencapai keberhasilan hidupku
Aku menyanyangimu,,,,,
Aku mengangumimu,,,,,

mini artikel cinta pada usia dewasa awal


Salah satu tugas perkembangan yang penting bagi dewasa awal adalah menjalin hubungan intim. Menurut teori Erikson  tugas perkembangan dewa-sa awal untuk menjalin hubungan intim berkaitan dengan krisis intimacy vs isolation. Pada tahap dewasa awal ini, seseorang berusaha memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan pacaran atau menikah. Bila seorang dewasa awal tidak mampu membentuk komitmen tersebut, ia akan merasa terisolasi dan self-absorbed. 
Intimasi adalah pengalaman yang ditan-dai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak seksual (Rosen bluth & Steil, dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008). Seseorang akan menjadi lebih intim, selama ada keterbukaan, saling responsif pada kebutuhan satu sama lain, serta adanya penerimaaan dan penghargaan yang saling menguntungkan (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Keintiman juga meliputi kebutuhan untuk membentuk hubungan bagi tingkah laku manusia dan rasa memiliki (sense of belonging). Intimasi dengan lawan jenis umumnya terjadi dalam konteks berpacaran dan pernikahan, dan untuk mem-pertahankan hubungan yang baik dengan teman dan pasangan serta mendapatkan kepuasan dalam menjalankan hubungan romantis, setiap individu memerlukan inti-masi
            Cinta adalah salah satu sumber keintiman bagi manusia khusunya pada masa dewasa awal Jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencinta
Menurut penelitian Juliana (2005), cinta merupakan suatu perasaan yang mengandung unsur-unsur perhatian,ketertarikan, dan penghargaan terhadap orang yang dicintai. Bentuk cinta yang dirasakan para responden penelitianya itu mengacu pada teori Stenberg adalah Consummate Love, dimana di dalamnya terdapat tiga komponen cinta yaitu keintiman, gairah,dan komitmen yang kadarnya berbeda di tiap responden
Pengaruh-pengaruh cinta Seperti yang dinyatakan oleh Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), bahwa cinta dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkahlaku. Beberapa  peneliti lainnya juga berusaha menjelaskan  bagaimana pengaruh cinta ini terhadap kehidupan individu seperti Hatfield dan  Rapson (dalam Santrock, 1999), Berscheid  dan Fei (dalam Santrock, 1999), Berscheid, Burgess, dan Huston (dalam Feldman, 1996), Hendrick & Hendrick (1992), Bhrem (1992).
 Dapus:
 Hendrick, S.S., & Hendrick, C. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition. California: Wadsworth, Inc
Juliana (2005) Fenomena jatuh cinta pada remaja Psikologia NO1 Vol 1
Bhrem, Sharon. S. (1985). Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2000). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies 

Santrock, J.W. (1999). Life-Span Development. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill
Companies