Selasa, 22 November 2016

PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR



PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR
RIKA PURNAMASARI (1502202)
Rikapurnamasari@student.upi.edu

Guru merupakan komponen penting dalam pendidikan, khusunya dalam proses belajar mengajar diranah pendidikan formal. Selain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, guru hendaknya mempunyai kreativitas dalam menghadapi situasi maupun proses dalam belajar mengajar. Kreativitas merupakan kemampuan  dimiliki oleh manusia, yang diekspresikan melalui hasil karya/ide yang inovatif dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Penulisan artikel ini menggunakan penelitian literature riview dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil penelitian yang tertulis dalam jurnal penelitian. Hasil analisis artikel menunjukan kreativitas guru dalam mengajar  berkorelasi dengan kreativitas siswa.
KATA KUNCI :  Kreativitas, Kreatif, Mengajar.
PENDAHULUAN
Belajar mengajar merupakan interaksi antara pembelajar dengan guru yang merupakan simultan. Guru merupakan sentral dalam proses belajar mengajar disekolah, walaupun dewasa ini peran guru sudah terbantu dengan adanya teknologi maupun media yang memudahkan kegiatan belajar mengajar. Tetap peran guru masih menjadi fokus utama dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberi pengetahuan, mengarahkan, maupun membimbing siswa ditengah gempuran arus globalisasi yang tidak bisa dibendung lagi. Kemajuan teknologi di Indonesia tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik. Guru tidak boleh pasif dalam dan cemas dengan teknologi yang dianggap mengancam masa depan siswa, tetapi guru harus mampu mengarahkan, menginformasikan dan membimbing siswa dalam mempergunakan teknologi sebaik mungkin dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru kreatif sangat dibutuhkan dewasa ini. Tidak hanya kompetensi yang ini dalam rangka mencapai mutu pendidikan yang handal. kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab Imam Musbikin (2006 : 6). Seorang guru kreatif tidak hanya mempuyai kemampuan dan kompetensi yang dibakukan oleh pemerintah, tetapi juga  harus senantiasa terampil dan luwes dalam mengahadapi situasi dan kondisi dimana pemebalajaran itu berlangsung.
            RUANG LINGKUP
1.      Definisi Kreativitas
2.      Ciri-ciri Kreativitas
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas
4.      Upaya Pengembangan Kreativitas Guru dalam Mengajar
            KAJIAN TEORITIK
1.      Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiiki manusia. Menurut Semiawan (2009: 44) kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. 
Sedangkan menurut Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Dengan kata lain kreativitas merupakan suatu kegiatan mencetuskan ide maupun karya nyata yang inovatif dari hasil pemikiran dan imajinasinya dalam berinteraksi dengan lingkunganya.  Didalam kretaivitas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, baik menurut prosenya, maupun hasilnya. Menurut  Roger (Munandar: 1995) Kriteria dalam produk harus nyata, baru, dan hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Sedangkan menurut prosesnya Torance ( Munandar :1995) kreativitas meyerupai metode ilmiah: yaitu :
1.      Sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked, making guesses and formulating hypotheses, something asked
2.      Making guesses and formulating hypotheses about these defiencies
3.      Evaluating and testing these guesses and hypotheses
4.      Possibly revising and retesting them, and finaly
5.      Comunicating the result.
Makna kreativitas memang tidak bisa didefinisikan secara saklek, ada banyak sekali pengertian tentang kreativitas. Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Jika ditarik benang merahnya dari pengertian-pengertian diatas Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
2.      Ciri-ciri Kreativitas
Menurut Semiawan (2009: 136) ciri-ciri kreativitas adalah:
a.       Berani mengambil resiko
b.      Memainkan peran yang positif berfikir kreatif
c.       Merumuskan dan mendefinisikan masalah
d.      Tumbuh kembang mengatasi masalah
e.       Toleransi terhadap masalah ganda (ambiguity)
f.       Menghargai sesame dan lingkungan sekitar
Menurut Utami Munandar (2009: 10) ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri nonkognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun non- kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.
Orang yang kreatif cenderung luwes dalam mengahadapi situasi. Berbagai pendekatan ia lakukan dari pendekatan satu dengan pendekatan lain. Orang kreatif juga biasanya mempermasalahkan kewenangan. Sering sekali dia menindaklanjuti sesuatu dengan fleksibel. Kreatifitas menurut Bob (2011) terkadang tidak terbatas dengan sistem dan melawan kebijakan. Artinya kreatifitas kadangkala tidak mematuhi peraturan. Akan tetapi menjelajahi lingkungan dirinya melalui gagasan dan karya-karyanya yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru denga tujuan yang baik.
Sedangkan menurut David Cambel dalam Bambang Sarjono (2010: 9) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut.
  1. Kelincahan mental berpikir dari segala arah dan kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambang-lambang, kata-kata dan khususnya melihat hubungan- hubungan yang tak bisa antara ide-ide, gagasan-gagasan, dan sebagainya. Berpikir ke segala arah (convergen thinking) adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan fakta yang penting serta memgarahkan fakta itu pada masalah atau perkara yang dihadapi.
  2. Kelincahan mental berpikir ke segala arah (divergen thinking) adalah kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan menyebar ke segala arah.
  3. Fleksibel konseptual (conseptual fleksibility) adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara pandang, pendekatan, kerja yang tidak selesai.
  4. Orisinilitas (originality) adalah kemampuan untuk memunculkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim (meski tidak selalu baik) yang jarang bahkan “mengejutkan”.
  5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas. Dari penyelidikan ditemukan bahwa pada umumnya orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan dari pada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, cenderung pada tali- temalinya (complexity) dari yang sederhana (simplixity).
  6. Latar belakang yang merangsang. Orang –orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang  yang dapat menjadi contoh dalam bidang tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan pengembangan ilmu serta penerapannya, dan dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang digumuli.
  7. Kecakapan dalam banyak hal. Para manusia kreatif pada umumnya banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang (multiple skill).

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan kelahiran
Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.


6.Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
PEMBAHASAN
UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR
Belajar mengajar merupakan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik.   Kegiatan ini, memang berpusat kepada guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan formal. Menurut UU Sisdiknas (UU. No 20 tahun 2003) bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam hal ini jelas terlihat salah satu point yang harus dikembangkan oleh guru adalah peserta didik yang kreatif. Dalam kaitanya dengan mengembangkan peserta didik yang cakap dan kreatif, seorang guru harus memahami dan merenungkan betul arti kreatif itu sendiri. Mulai dari mereflesikan diri agar menjadi manusia yang kreatif, mengembangkan metode yang kreatif yang memupuk kreativitas peserta didik dalam proses belajar mengajra , maupun menganalisis penelitian tentang kreativitas guna mencetuskan suatu ide baru dalam proses belajar mengajar .
Selaras dengan penelitian Mulyati (2011) yang menyatakan pentingnya pengembangan kreativitas, karena melaui pemahaman kreativitas yang kuat akan menjadi fondasi bagi guru untuk memudahkan pemilihan content yang sesuai, perencanaan pembelajaran, metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi proses pembelajaran.
Berangkat dari beberapa pendapat dan penelitian diatas, hendaknya ada beberapa pengembangan kreativitas yang harus dimiliki guru dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Berikut adalah beberapa upaya pengembangan kreativitas guru beserta penjabaranya.
1.      Kreatif dalam membaca dan menulis
Keterampilan utama yang harus dimiliki guru yakni membaca dan menulis., oleh sebab itu kreativitas sangat dibutuhkan dalam hal ini. Seyogyanga guru harus membaca dari dua sisi. Guru harus kreatif dalam membaca fenomena yang ada baik yang nampak dikelas, maupun membaca isu yang tersaji dalam penelitian-penelitian. Dari hal tersebut guru hendaknya harus mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan keadaan dilapangan yang dirumuskan dengan perumusan masalah dan pemecahanya. Hal ini akan lebih baik jika dilakukan dengan kegiatan mencurahkan ide dan gagasanya dalam suatu karya. Misalnya Penelitian tindakan kelas. Menurut penelitian Delaveri (2014) penelitian tindakan merupakan saran pengembangan keterampilan pada guru yang dibutuhkan dalam transformatif keprofesionalan guru. Dengan demikian kreatif dalam membaca dan menulis sangat dibutuhkan upaya menumbuh kembangkan kreatifitas guru dalam memecahkan masalah disekolah.
1.      Kreatif dalam memilih metode dan mengelola kelas
Komponen dalam belajar mengajar salah satunya adalah metode pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode pelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam lingkungan belajarnya. Memilih metode yang inovatif bisa menjadi solusi bagi guru untuk mengembangkan potensi peserta didik. Guru kreatif bisa menggabungkan metode pembejaran deengan metode pembelajaran yang lain dengan menyesuaikan dengan penataan kelas. Penelitian Muqodas  (2015) menggungkapkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara model pembelajaran dengan pengembangan kreativitas siswa. Guru yang kreatif dalam memilih metode pengajaran dan mengelola kelas dengan inovatif akan mempuk jiwa kreativitas siswa. Artinya, guru mempunyai jiwa kreatif akan menjadikan  peserta didiknyapun mempunyai kreativitas yang tinggi.hal ini menujukan adanya korelasi antara kreativitas guru dengan kreatifitas siswa.
2.      Kreatif dalam memilih bahan ajar
Bahan ajar merupakan asupan penting upaya pemahaman pengetahuan peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan metode kreatif dan inovatif harus mempunyai bahan ajar yang menarik juga. Dalam penelitian Sunaryo (2009)  ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan dalam proses perencanaan pendidikan yakni pendidikan keterampilan yang menjadi bekal dalam menghadapi persaingan, Pendidikan akademik yang ditujukan untuk menguasai ilmu pengetahuan, cerdas dan cendikia. Pendidikan umum untuk menghasilkan manusia yang menujunjung tinggi nilai-nilai moralitas, dan akhlak mulia.
Hal tersebut akan memungkian peyusunan bahan ajar yang sesuai dengan situsinya. Contohnya denagn penyusunan bahan ajar kontekstual seperti dalam penelitian Zuriah, dkk (2016) yang mengusun bahan ajar berbasis kearifan potensi lokal, baik dalam menyiapkan RPP dan silabus maupun dalam  handout/ bahan ajar.
KESIMPULAN
Kreativitas merupakan kreativitas merupakan suatu kegiatan mencetuskan ide maupun karya nyata yang inovatif dari hasil pemikiran dan imajinasinya dalam berinteraksi dengan lingkunganya, kreativitas berasal dari berhubungan dengan intelegensi dan sisi kognitif manusia . Maka dari itu pengembangan kreativitas guru dalam belajar mengajar tentunya harus dilakukan dengan cara kreatif dalam membaca dan menulis, kreatif dalam memilihi metode dan pengelolaan kelas, kreatif dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan guna untuk. Hasil analisis menyatakan adanya hubungan antara Guru yang kreatif dengan peserta didik yang kreatif.
            IMPLIKASI
Kreativitas merupakan salah satu unsur yang ada dalam psikilogis individu. Guru  harus mampu mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menghadapi situasi dan kondisi dalam belajar mengajar. Daya kretivitas, keterampilan, kompetensi guru mencerminkan kondisi psikologis guru yang sehat dan mampu mengahadapi arus globalisasi pada dewasa ini guna menyiapkan generasi penerus bangsa yang akan datang.



Daftar Pustaka
Sunaryo. (2009). Meningkatan Kemampuan dan Kreativitas Guru dalam roses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas. Mimbar Pendidikan No.2/XXVIII/2009.
Muqodas, Idat. (2015). Mengembangkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Metodik Didaktik Vol. 9, No. 2, Januari 2015.
Hine, Delavery. (2014). The importance of action research in teacher education programs : Three testimonies. University of Notre Dame Australia ResearchOnline@ND 2014.
Jeffrey, Bob (2006). Creative teaching and learning: towards a common discourse and practice. Cambridge Journal of Education, 36(3) pp. 399–414.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa. Jakarta: PT. Erlangga.

Munandar, S.C.U. (2009). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1995). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta

Mulyati, YS. (2011).Pengembangan Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan.Jurnal Inovasi Pendidikan.  Vol 12, No 1 (2011).
Semiawan, CR.  (2009).  Memupuk  Bakat  dan  Kreativitas  Siswa   Sekolah Menegah. Jakarta: Gramedia.  
Zuriah, dkk. (2016). IBM Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Kreatif Inovatif Bebasis Potensi Lokal. Volume 13 Mei Jurnal Dedikasi, ISSN 1693-3214.





Glosarium
Kreatifitas       : Kemampuan untuk mencipta; daya cipta.
Kreatif             : Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Kognitif            : Salah satu aspek perkembangan manusia berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Emosi                : Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan,  keberanian yang bersifat subjektif.





CINTA


Tak ada yang salah dengan cinta
Cinta adalah bentuk emosi yang dipunyai semua manusia
Tepatnya adalah sebuah anugrah perasaaan yang indah
Indah jika itu tepat pada porsinya,
Tapi cinta juga menimbulkan emosi-emosi negatif jika tidak bisa mengendalikanya
Sebaliknya cinta bisa menimbulkan cara berfikir baru dan motivasi yang tinggi pada orang yang merasakanya
Berawal dari tugas akhir kuliahku yang berujung jatuh cinta pada akhirnya
Ya aneh memang hidup itu, karena cinta bisa datang kapan saja
Dimana, dalam keadaan apapun dan siatuasi apapun
Bahkan cinta bisa datang karena terbiasa, atau mungkin datang karna terpaksa?
Tapi itulah yang dinamakan cinta
Awalnya sempat terfikir mungkin cintamu adalah sebuah rasa gairah yang membara
Tapi cinta itu berdampingan dengan rasa sayang
Lebih dari itu, rasa simpati, empati, bahkan alturism yang kudapatkan dari sosok itu
Ya, dia adalah seorang yang selalu memotivasi, menyayangi, memperhatikan, membuatku tersenyum, bahkan ikut andil dalam mencapai keberhasilan hidupku
Aku menyanyangimu,,,,,
Aku mengangumimu,,,,,

mini artikel cinta pada usia dewasa awal


Salah satu tugas perkembangan yang penting bagi dewasa awal adalah menjalin hubungan intim. Menurut teori Erikson  tugas perkembangan dewa-sa awal untuk menjalin hubungan intim berkaitan dengan krisis intimacy vs isolation. Pada tahap dewasa awal ini, seseorang berusaha memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan pacaran atau menikah. Bila seorang dewasa awal tidak mampu membentuk komitmen tersebut, ia akan merasa terisolasi dan self-absorbed. 
Intimasi adalah pengalaman yang ditan-dai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak seksual (Rosen bluth & Steil, dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008). Seseorang akan menjadi lebih intim, selama ada keterbukaan, saling responsif pada kebutuhan satu sama lain, serta adanya penerimaaan dan penghargaan yang saling menguntungkan (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Keintiman juga meliputi kebutuhan untuk membentuk hubungan bagi tingkah laku manusia dan rasa memiliki (sense of belonging). Intimasi dengan lawan jenis umumnya terjadi dalam konteks berpacaran dan pernikahan, dan untuk mem-pertahankan hubungan yang baik dengan teman dan pasangan serta mendapatkan kepuasan dalam menjalankan hubungan romantis, setiap individu memerlukan inti-masi
            Cinta adalah salah satu sumber keintiman bagi manusia khusunya pada masa dewasa awal Jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencinta
Menurut penelitian Juliana (2005), cinta merupakan suatu perasaan yang mengandung unsur-unsur perhatian,ketertarikan, dan penghargaan terhadap orang yang dicintai. Bentuk cinta yang dirasakan para responden penelitianya itu mengacu pada teori Stenberg adalah Consummate Love, dimana di dalamnya terdapat tiga komponen cinta yaitu keintiman, gairah,dan komitmen yang kadarnya berbeda di tiap responden
Pengaruh-pengaruh cinta Seperti yang dinyatakan oleh Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), bahwa cinta dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkahlaku. Beberapa  peneliti lainnya juga berusaha menjelaskan  bagaimana pengaruh cinta ini terhadap kehidupan individu seperti Hatfield dan  Rapson (dalam Santrock, 1999), Berscheid  dan Fei (dalam Santrock, 1999), Berscheid, Burgess, dan Huston (dalam Feldman, 1996), Hendrick & Hendrick (1992), Bhrem (1992).
 Dapus:
 Hendrick, S.S., & Hendrick, C. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition. California: Wadsworth, Inc
Juliana (2005) Fenomena jatuh cinta pada remaja Psikologia NO1 Vol 1
Bhrem, Sharon. S. (1985). Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2000). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies 

Santrock, J.W. (1999). Life-Span Development. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill
Companies




Minggu, 19 Juni 2016

DAMPAK MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA



 Ujian Akhir Semester
Rika Purnamasari (1502202)
Dalam era globalisasi ini teknologi semakin maju, tidak dapat dipungkiri hadirnya internet semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis, dsb. Media sosial merupakan situs dimana seseorang dapat membuat web page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast , maka media sosial menggunakan internet.
Sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi seseorang dalam membuat akun di media sosial. Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasa nya memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama teman-temannya. Semakin aktif seorang remaja di media sosial maka mereka semakin dianggap keren dan gaul. Namun kalangan remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno, ketinggalan jaman, dan kurang bergaul.
Bagi kalangan remaja di Indonesia, media sosial seakan menjadi (teman) Studi yang muncul menemukan pemuda yang menghabiskan sebagian besar dari kehidupan sehari-hari mereka interact-ing melalui media sosial.yang yang setiap saat bisa diakses dimanapun dan kapanpun (Jun : 2011).
Para pengguna media sosial pun dapat mengakses informasi tentang berbagai hal selain itu mereka juga dapat dengan bebas berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. Hal ini dikarenakan dalam internet khususnya media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau melakukan kejahatan.
Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja. Dampak yang ditimbulkan dalam hal ini cukup banyak baik dampak fositif dan negatif.


Menurut Papalia & Old (2011) Masa remaja merupakan periode pertumbuhan antara kanak-kanak dengan masa dewasa. Remaja adalah masa transisi transisi sebab pada saat itu, seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa dewasa. ciri-ciri remaja menurut Nurihsan &Agustin (2011) salah satunya adalah sebagai masa peralihan. Elkind (Santrock:2007), Galanaki (2012) mengemukakan betapapun pemikiran remaja telah jauh berkembang dibandingkan pemikiran anak usia sekolah, tetapi dalam beberapa hal pemikiran remaja terlihat kurang matang.Menurut G. Stanley (dalam Santrock, 2011) menyebutkan bahwa masa remaja merupakan masa-masa “badai dan stres” (storm and stress) untuk menggambarkan masa bergolak yang diwarnai oleh konflik dan perubahan suasana hati (mood). Oleh karena itu,  dalam masa peralihan inilah remaja terkadang tidak mampu memanaj dirinya sendiri, seperti fenomena dewasa ini remaja sangat ketergantungan terhadap media sosial. Mereka begitu dekat dengan smartphone yang hampir 24 jam berada di tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan tidak pernah berhenti.Motifnyapun sangat beragam motif informasi, identitas pribadi, interaksi soasial dll (Putri :2012).  Melihat hal ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo! melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja. Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%. Media sosial dewasa ini sangat beragam, dan yang popular di Indonesia ini seperti Frendster, Facebook, Twetter, Instagram, Path, Whatsapp,Line, BBM, dsb.

Penggunaan media sosial dikalangan remaja memang mempunyai dampak fositif salah satunya memperluas jaringan komunikasi dan pertemanan antar individu. Seperti hasil penelitian Tartari (2015), Tat (2014), Perloff (2014), yang sama-sama mengemukakan bahwa media sosial mampu memberikan keterampilan komunikasi seseorang dengan orang lain, memudahkan seseorang untuk berkomunikasi, dan sarana pengembangan kreatifitas. Senada dengan hal tersebut Ayun (2015) dalam penelitianya menyatakan bahwa selain media sosial merupakan sarana komunikasi yang praktis, remaja juga membentuk keunikan identitasya didalam media sosial. Tidak hanya itu, remaja membentuk citra fositif bagi didri sendiri. Penelitian Sponcil (___) menjelaskan bahwa banyak sekali dampak positif dari penggunan sosial media yaitu memantau keluarga dari jarak yang jauh dan tidak langsung. Sisi lain, media sosial juga mengembangkan hubungan interpersonal remaja penelitianya menunjukan tingkat perkembangan hubungan interpersonal (persahabatan) melalui jejaring sosial adalah pada 68.7% (Abadi: 2013). Sedangkan Rachmah (2012), Pinem (2014) seolah menegaskan bahwa facebook&Path merupakan sarana unjuk diri dalam mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran, bisa dengan mengupload foto-foto kegiatan disekolah, prestasi akademiknya, sehingga akan memotivasi remaja untuk terus berprestasi dalam ekseistensinya didunia maya/media sosial. Setiap individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Hal ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu. Bahkan dalam salah satu di SMA 1Depok Sleman penelitian menunjukan terdapat peningkatan hasil belajar antara kelas yang memanfaatkan Facebook dengan kelas yang tidak memanfaatkan Facebook (Rachmah : 2012).
Selain dampak fositif, sosial media dikalangan remaja juga mempunyai pengaruh yang negative dan merugikan remaja itu sendiri. Banyak penelitian yang mengenai sosial media dikalangan remaja salah satunya: Sriyanto (2014) menyatakan adanya pengaruh pola asuh dan media sosial dalam perilaku arsetif dan kenakalan remaja, memang dalam penggunaan sosial media dapat membantu berkumunikasi dengan  orang jauh sekalipun, akan tetapi penggunaan gadget/ sosial media yang berlebihan akan sebaliknya berpengaruh menjauhkan yang dekat dan yang ada disekeliling kita dan remaja terlalu asik dengan dunia mayanya sendiri mengontrol diri/ control diri sangat diharuskan guna menselaraskan kehidupan (Farid:2014). Selain itu, penelitian Teasley (2013) menjelaskan bahwa cyberbullying banyak terjadi didalam dunia maya/ media sosial. Cara berkomunikasi remaja didunia nyata berbeda dengan cara merekan berkomunikasi didunia maya /sosial media,kegiatan bullying seperti penyebutan nama palsu, mengolok-olok dikolom komentar maupun status, dan berkomentar dengan bahasa yang buruk juga nyatanya sering terjadi pada remaja. Hal ini dikarenakan ia merasa bahwa ini hanyalah keisengan dan keseruan didunia maya/ sosial media. Diperkuat denan penelitian Akbar& utari, Weismann&Pandie (2016) juga menyatakan Semakin rendah perilaku reaktif pelaku maka makin rendah pula perilaku reaktif korban cyberbullying.Dalam media sosial memungkinkan adanya kekerasan media, konsumsi media  yang berlebih/ menimbulkan kecanduan penggunaan media sehingga ketergantunganpun tidak bisa dihindari (Mastronardi :2012). Lebih dari itu Rahma (2012) menenumkan adanya  pengaruh sosial media terhadap prilaku seksual beresiko seperti perilaku seksual sesama jenis.
Seringkali penggunaan media sosial mengganggu proses belajar remaja, sebagai contoh ketika sedang belajar lalu ada notification chatting dari teman yang akhirnya dapat mengganggu proses belajar Dalam sebuah penelitian dinyatakan, media sosial berhubungan dengan kepribadian introvert., Yuanita. (2012) Menyatakann bahwa Semakin introvert seseorang maka dia akan semakin aktif di media sosial sebagai pelampiasan. Artinya, seseorang yang mempunyai kepribadan introvert akan terbantu dengan adanya sosial media dalam rangka mengembangkan diri dan kreatifitasnya. Tetapi ketika remaja yang berkepribadian introvert tersebut mengekspresikanya secara berlebihan dan tidak sesuai norma yang berlaku dimasyarakat, maka hal tersebut mempunyai dampak yang negative. Selain itu penelitian Pratama&Setyaningsih (2015) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sosial media sosial yang sesuai dengan kebutuhan seksual pranikah. Diutarakan banyak sekali kasus hubungan seksual pranikah dengan penggunaan media sosial itu sendiri.
Dengan demikian, penggunaan sosial media mempunyai dampak fositif dan negative. Berdampak fositif apabila penggunaan sosial itu digunakan secara baik, pemiihan sosial media secara cermat tanpa melakukan pelanggaran yang menyangkut hukum, tidak merugikan diri sendiri baik secara waktu maupun finansial.Selain itu sosial media akan berdampak buruk apabila penggunaan media sosial dipakai hanya untuk aksi yang tidak bermanfaat, pengguanan secara berlebihan dan melalpaui batas.
Oleh karena itu, Peran orangtua sangat dibutuhkan sebagai pengawas dan juga sosok yang memahami anak. Keluarga harus dapat memberikan fungsi afektif agar seorang anak mendapatkan perhatian yang cukup. Yusuf (2005) mengemukanan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja salah satunya adalah keluarga . Remaja cenderung akan mengalami kondisi yang labil sehingga diperlukan pengawasan dan bimbingan dari orang tua terutama pada remaja (Rahim: 2013) menurut Hartodinata (2013) peran orang tua terutama ibu sangat penting dalam pengawasan, pengontrolan dan pembimbingan remaja dalam media sosial.
Dalam kasus-kasus tertentu seringkali ditemukan para remaja mengalami kekosongan karena kebutuhan akan bimbingan orangtua tidak ada atau kurang. Hal ini disebabkan karena keluarga mengalami disorganisasi. Pada keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, hal tersebut disebabkan karena orang tua harus mencari nafkah, sehingga tidak ada waktu sama sekali untuk memperhatikan dan mengasuh anak-anaknya, sedangkan kasih saying ibu dalam memberi waktu dan kasih sayang merupakan motif keibuan yang dapat membentuk karakter fositif anak (Najati:2005). Berbeda lagi pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjanya, Bagi orangtua yang telah bercerai, harus tetap menjaga kualitas hubungan antara orangtua dan anak karena hubungan yang terjalin akan memiliki kontribusi pada remaja putri dalam mencapai resiliensinya (Dewanti: 2014). Frekuensi dalam penggunaan sosial media hendaknya diatur agar Menurut Kaningya (2012) seorang individu harus mengatur frequensi dalam menggunakan internet dan sosial media.
Intinya, Sosial media mempunyai dampak positif dan keuntungan dalam perkembangan ilmu dan teknologi misalnya saja memudahkan dalam hal komunikasi, mencari dan mengakses informasi, mengembangkan relasi, menambah temandan lain sebagainya, namun disisi lain media sosial juga membawa dampak negatif bagi para anak-anak dan remaja seperti perubahan sikap yang ditunjukan setelah mereka kecanduan jejaring sosial diantaranya mereka menjadi malas karenaterlalu asyik dengan jejaring sosial mereka, mereka juga lupa akan kewajibanmereka sebagai pelajar.
Penggunaan  media sosial bagi remaja di Indonesia membutuhkan peran serta dari orang tua dan orang-orang terdekat juga berkewajiban melakukan pengawasan terhadap penggunaan sosial media baik secara frequensi penggunaanya, maupun memberikan pemahaman fungsi media sosial itu sendiri bagi generasi muda disekitarnya.




























Daftar Pustaka

Abadi,dkk. (2013).Media Sosial dan Pengembangan Hubungan Interpersonal Remaja Sidoarjo. Kanal Vol 2. No.1. 1-106

Afiyah, Farid (2014). Religiusitas, Kontrol Diri Dan Kenakalan Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 3, No. 02, hal 126 - 129
Ahn, Jun (2011). The Effect of Social Network Sites on Adolenscents Social and Academic Development: Current Theories and Controversies. Journal of The American Society For Information Science and Technology. August DOI: 10.1002.
Akbar, Utari. (2013). Cyberbullying pada Media Sosial. Ilmu Komunikasi. Vol 1 2.
Ayun, PQ. (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. Channel. Vol 3. No 2. Oktober hal 1-16.ISSN:23389176.
Dewanti& Suprapti. (2014). Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca Orang Tua Bercerai. JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
164 Volume 3, No. 3, Desember 2014.
Galanaki,Evangelia. (2012). The Imaginary audience and The Personal Fable: A Test Of Elkind’s Teori of Adolescent Egocentrism. Psychology Vol.3 No.6. 457-466
Idek, Hartodinata (2013). [Peran Orang Tua dalam Penggunaan Jejaring Sosial. Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Kanyinga, etc. (2015).Frequent Use of Social Networking Sites Is Associated with Poor Psychological Functioning Among Children and Adolescents.CYBERPSYCHOLOGY, BEHAVIOR, AND SOCIAL NETWORKINGVolume 18, Number 7, 2015 Mary Ann Liebert, Inc.DOI: 10.1089/cyber.2015.0055.
Mastronardi, Maria. (2012). Adolescence and Media. Journal of Language and Social Psychology December 1, 2012 31: 437-446
            Najati, MU (2005). Psikologi dalam Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Nurihsan, Agustin (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung : Refika Aditama.
Pandie& Weismann. (2016). Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban Cyberbullying Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makasar. Jurnal Jaffray. Vol 14 No 1.
Papalia, et.al (2011). Human Development Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Patama&Setyaningsih (2015). Efek Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Prilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Indonesian Journal On Medical Science - Volume 2 No 2 - Juli 2015.
Perloft, Richard (2009). Social Media Effects on Young Women’s Body Image Concerns: Theoretical Perspectives and an Agenda for Research SexRoles DOI 10.1007/s11199-014-0384-6.
Pinem. (2014).Pola Komunikasi Penguuna Sosial Media Path. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Putri, OK. (2012).Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Sosial Facebook. 2Universitas Pembangunan Nasional.
Rachmah, AJ. 2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media Pembelajaran. EJPTI (Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan November 2012].
Rahim.  (2013). Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Karakter Remaja Putri Menurut Islam.Jurnal Al-Ulum Volume. 13 Nomor 1, Juni 2013 Hal 87-102
Rahma, dkk. (2012). Pengaruh Sosial Media Terhadap Perilaku Seksual Beresiko Pada Siswa di SMA 6 Makasar. Repositori Hasanuddin Jurnal vol 2 nomb 1.
Santrock. JW.(2007). Remaja Edisi 11 jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Santrock.JW.(2011). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi ke tigabelas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Setyastuti, Yuanita. 2012. Aprehensi Komunikasi Berdasarkan Konteks Komunikasi dan Tipe Kepribadian Ekstrovert – Introvert . Jurnal Komunikator. Volume 4, Nomor 2, Bulan November 2012].
Sponcil, Megan. (___). Use of Social Media by College Students: Relationship to communication and self-concept. Journal of Technology Research. Page 1-13.
Sriyanto,dkk. (2014). Prilaku Asertif dan Kecenderunagan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Massa. Jurnal Psikologi Vol. 41, No 1, Juni 2014: 74-88.
Talrari, Eldea. (2015).  Benefits and Risks Of Children and Adolescents Using Social Media. European Scientific Journal May 2015 edition vol.11, No.13 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.
Tarantino,dkk.(). Effects of Student Engagement with Social Media on Student Learning: A Review of Literature. The Journal of Technology in Student Affairs.
Tat, Ute.(2014).  Social Media and Its Effects On Individuals And Social System. Management Kowledge and Learning 25-27.
Teasley, Martell. (2013). Cyberbullying, Youth Behavior and Society. Child Adolesc Behav Volume 2 • Issue 1 • 1000119.
Yusuf, Syamsu.(2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya.